MY DREAMS!!!

BISMILLAH !!!!

PENDIDIKAN DOKTER 2009

THE BEST TEAM!!! GOOD JOB GOOD JOB!!!!

LAKESMA 2011-2012

ONE TEAM ONE FAMILY !!!!

TED-LAKESMA IN ACTION!!!

TEAM OF EMERGENCY AND DISASTER BRAWIJAYA UNIVERSITY : BROMO ERUPTION

Defry and Benny

Bismillah ! adik dan kakak yang slalu kompak!

Jumat, 24 Mei 2013

Apa itu transfusi darah dan bagaimana klasifikasi golongan darah? ( Transfusion PART 1 )

Pasti semua pernah dengar tentang transfusi darah. Biasanya kita mendengar kata trasnfusi darah ketika ada peristiwa kecelakaan atau saat ada donor darah masal yang diadakan oleh PMI. Nah kali ini kita akan membahas mengenai apa yang dimaksud trasnfusi darah dan bagaimana penggolongan darah kita.
Transfusi darah adalah salah satu terapi medik berupa pemberian darah baik dalam bentuk utuh atau salah satu komponennya saja. Transfusi darah juga merupakan salah satu terapi medik  yang  berpotensi menimbulkan penyulit terbesar terhadap resipien, baik dalam jangka pendek seperti reaksi transfusi, jangka menengah berupa penularan penyakit dan dalam jangka panjang seperti reaksi imunologis. Oleh karena itu sebelum transfusi dilaksanakan harus dipertimbangkan bahwa manfaatnya jauh lebih besar daripada risikonya, apalagi jika masih ada cara lain untuk menaikkan komponen darah maka sebaiknya tidak diberiksan transfusi.
Pada anemia, transfusi baru layak diberikan jika pasien menunjukkan tanda kekurangan oksigen seperti rasa sesak, mata berkunang, berdebar (palpitasi), pusing, gelisah atau kadar Hb < 6 g/dl.

Golongan Darah
      Jenis golongan darah tergantung jenis antigen yang terdapat pada dinding eritrosit. Telah diketemukan 25 jenis golongan darah seperti ABO, Rhesus, Kell, Duffy, Lewis, MNS, Lutheran, Diego, P, I, dan lain-lain, tetapi yang paling penting dalam transfusi darah adalah golongan darah ABO dan Rh karena imunogenitas/antigenitas keduanya yang paling kuat.

Antigen Golongan Darah
         Antigen (Ag) yang bersangkut paut dengan golongan darah merupakan glikoprotein dengan berat molekul (BM) 300.000 dan terletak pada dinding sel eritrosit.
Urutan pengaruh genetik terhadap antigen A,B,H pada eritrosit sebagai berikut:
  1. Bahan dasar mukopolisakarida diubah oleh gen-H menjadi ‘H-substance’
  2. H-substance sebagian diubah oleh gen-A atau gen-B menjadi Ag-A atau Ag-B, sebagian lain tetap menjadi H-substance (sebagai bahan Ag-H)
  3. Gen-O yang amorfik tidak dapat merubah H-substance
  4. Gen-H sendiri membentuk Ag-H, dengan demikian gololongan darah ABO semuanya mengandung Ag-H, tetapi kadar Ag-H paling tinggi terdapat pada gol.darah O karena  H-substance banyak terkumpul disini.
  
   Hubungan Gen dan antigen golongan darah

Antigen A,B dan H  selain terdapat pada eritrosit juga terdapat pada :
  1. Lekosit
  2. Trombosit
  3. Epidermis
  4. Spermatozoa
  5. Sel endotel vaskuler
  6. Sel sinusoid limpa, sedangkan antigen golongan darah Rhesus hanya terdapat pada eritrosit saja.


  Hubungan golongan darah ABO, antigen dan aglutininnya

 Golongan darah Oh (Bombay)
Hampir semua orang memiliki genotip HH, sebagian kecil memiliki genotip Hh dan dalam keadaan yang sangat jarang memiliki genotip hh. Karena gen-H diperlukan untuk mengubah precursor substance menjadi  H-substance, maka orang yang memiliki genotip hh tidak dapat membentuk H-substance yang selanjutnya tidak akan terbentuk Ag-A atau Ag-B walaupun dia memiliki gen-A atau gen-B , maka orang ini dikatakan memiliki golongan darah Oh (Bombay) dimana di dalam serumnya mengandung anti-A dan anti-B dan anti-H,  sedangkan golongan darah O normal serumnya hanya mengandung anti-A dan anti-B.
Karena adanya anti-H pada golongan darah Oh (Bombay), maka golongan ini inkompatibel terhadap golongan darah O normal, dan dia hanya dapat menerima donor dari golongan darah Oh (Bombay).


--- TERIMAKASIH, SEMOGA BERMANFAAT ---

Rabu, 22 Mei 2013

Apa Peranan Ubiquitinisasi dan Sumoylasi terhadap Proses Apoptosis dan Autifagi ??? ( Ubiquitin, SUMO, Apotosis, and Autophagy )




1.    Peran Ubiquitin dalam proses apoptosis?

  •    Melakukan tagging untuk mendegradasi protein melalui proteosomal dependent maupun proteosomal independent.
  •      Salah satu contoh adalah poliubiquitinisasi pada K128 dan ubiquitinisasi pada K119 dan 120 pada steady state protein anti apoptotik Bcl-B (menghambat kinerja protein pro apoptosis, bax ) yang berupakan satu family dari Bcl-2 protein mampu mengalami degradasi secara proteosomal dependent pada steady statenya à dibuktikan melalui adanya peningkatan lysinless Bcl-B mutant ( lysin yang merupakan tempat ubiquitinisasi dihilangkan) daripada tipe wildtypenya yang berkorelasi terhadap resisitensi terhadap  BH3 mimetic ( regimen terapi untuk mensupresi Bcl-2, Bcl-xl, dan Bcl-wàBH3 merupakan protein pro apototik) dan progresi beberapa tipe kanker tertentu à akibatnya proses apoptosis dapat terjadi jika terjadi poliubiquitinisasi pada protein tersebut. 
2.    Peran Ubiquitin dalam proses authopagy ?
  •         Autofagi melalui ubiquitinisasi merupakan proses degradasi selektif yang terjadi pada protein yang bersifat oligomerik dan yang dalam bentuk agregasi yang tidak dapat dengan baik  didegradasi oleh protesome 26s untuk mencegah  akumulasi agregat protein yang berbahaya. 
  •       Modifikasi ubiquitin pada agregat protein akan memicu rekritmen dari ubiquitin-binding factors p62 dan HDAC6.   Rekruitmen p62 akan berinteraksi dengan LC3-like molecules pada membran  autofagosomal untuk menuju tempat agregat protein tersebut. Sedangkan rekruitmen HDAC6 akan memicu cortactin-dependent  F-actin  remodeling  yang kemudian memicu fusi dari autophagosome dan lisosom.


3.    Peran Sumo dalam proses apoptosis?
  • Sumoilasi merupakan modifikasi posttranslational dengan penambahan small ubiquitin-like modifier (SUMO). Walaupun secara struktur menyerupai ubiquitin, sumoilasi tidak mengakibatkan degradasi tetapi memodifikasi sifat dan megarahkan subseluler lokalisasi substrat
  •      Salah satu contoh  contoh sumoylasi yang menyebabkan apoptosis adalah somylasi pada Mdm2 protein yang merupakan E3 ubiquitin ligase untuk  p53. Mdm2 mengalami konjugasi dengan SUMO-1 pada lys-446 yang berperan pada Mdm2 self ubiquitination sehingga Mdm2 terdegradasi dan p53 dapat bekerja untuk menginduksi apoptosis jika dibutuhkan.
  •         p53 memediasi apoptosis melalui jalur linier yang melibatkan transaktivasi  bax , translokasi bax dari sitosol menuju membran, pengeluaran sitokrom c dari mitokondria, dan aktivasi caspase 9 yang diikuti aktivasi caspase-3,6, dan 7. 
4.    Peran Sumo dalam proses authopagy ?
·    Sumoylasi juga dapat berperan pada proses autofagi walaupun pada protein yang sama pada proses apoptosis semisal p53.
·      Kombinasi postranslasional pada p53 ternyata mampu menentukan fungsi dari p53 secara berbeda. Pada sebuah penelitian kombinasi peran lysine acetyltransferase Tip60 ( asetilasi ) dan SUMO E3 ligase PIASy ( sumoylasi ) pada lisin p53 ternyata menginduksi proses autofagi
·        PIASy menempel pada p53 dan PIASy-activated Tip60 memicu sumoylasi K386  dan asetilasi  K120 dari  p53. Kedua mekanisme ini beraksi sebagai sebuah  "binary death signal" untuk memicu akumulasi sitoplasmik  p53 dan eksekusi PUMA-independent autophagy yang jika terjadi asetilasi K120 tanpa sumoylasi K386 dari p53 akan menyebabkan proses apoptosis.