Setelah sebelumnya di jelaskan bagaimana metode penentuan terapi oksigen pada neonatus, sekarang kita akan membahas sedikit tentang alat yang dapat digunakan untuk terapi oksigen tersebut sebagai berikut:
1. Inkubator
- Menggunakan selang dengan aliran tinggi
- Butuh waktu + 10 menit untuk stabilisasi oksigen
- Kadar O2 turun dengan cepat bila tutupnya dibuka
- Tidak direkomendasikan untuk di ruang bersalin
- Kecepatan Aliran 5 – 7 L /menit ( Kec. Aliran > 7 L/menit: ↑O2, berisik, bayi muntah)
- Perlu kec. aliran tinggi untuk mencapai
- Aliran gas 2-3L/menit diperlukan untuk mencegah rebreathing CO2
3. Nasal kanul
- Kec . Aliran rendah < 2L/menit ( low flow )
- Untuk suplai O2 minimum
- Risiko kecil terjadi obstruksi oleh mukus
- Tidak perlu humidifikasi
- Namun FiO2 tidak mudah ditentukan
4.CPAP (Continous Positive Airway Pressure)
Merupakan alat yang mempertahankan tekanan positif
pada jalan napas neonatus saat pernapasan spontan
Indikasi penggunaan nasal CPAP :
- Neonatus preterm dengan respiratory distress syndrome( RDS )
- neonatus dengan transient tachypnea of the newborn ( TTN )
- neonatus dengan meconium aspiration syndrome(MAS )
- neonatus preterm dengan apnea berulang dan bradikardi
- neonatus dengan paralisis diagfragma
- neonatus dalam proses transisi setelah pemakaian ventilator
- neonatus dengan penyakit saluran napas seperti trakeomalasia dan bronkiolitis
- neonatus setelah menjalani operasi abdomen atau thorak
Hal yang penting pada pemberian O2melalui CPAP :
- Botol tidak mengeluarkan gelembung
- Pemeriksaan sistem dilakukan setiap 2-4 jam
- Amati kembung pada perut lihat gambaran kontur usus dan auskultasi bunyi usus
- Ukuran prong harus tepat berada pada posisi yang benar
Kapan CPAP nasal disebut gagal :
- Tingkat FiO2 < 60%
- PaCO2 > 60 mmHg
- Asidosis metabolik menetap BE (base excess) >-10
- Retraksi yang jelas saat terapi CPAP
- Sering terjadi episode apnea dan atau bradikardi
Jika CPAP gagal , maka langkah selanjutnya adalah menggunakan ventilator dengan terlebih dahulu melakukan intubasi dengan ETT (Endotracheal tube).
--- Terima Kasih , Semoga Bermanfaat ---
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.